Makna Lirik Lagu Indie Nadin Amizah

Cerpen: Kisah Hidup Seorang Gelandangan

“Indah, tolong ambilin ibu air minum. Ibu haus Ndah,” ucap Bu Huda.

“Iya bu,” jawab Indah.

Indah Prihatin adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, terutama ibunya. Indah mempunyai kakak dan adhek, masing-masing berjumlah satu. Kakaknya bernama Slamet Prihatin. Berbadan tegap seperti anggota pramuka yang suka menolong, namun sudah meninggal karena penyakit panu ganas yang menyerang wajahnya sehingga kepalanya harus diamputansi. Adheknya bernama Kamal Prihatin. Berbadan kurus, berkulit hitam dan sangat bau ketiak (karena keluarga kurang mampu, tak sanggup membel deodorant). Kamal juga sudah meninggal akibat bermain petasan. Dia tidak mudeng bagaimana cara menggunakannya, sehingga saat dinyalakan, petasan itu langsung dimakan. Meletuslah perut Kamal sehingga membuatnya kekal di alam sana.

Mencoba bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga tidaklah gampang, sehingga membuat Indah selalu mencoba hal baru untuk membantu ibunya yang sedang sakit-sakitan. Ibu dari Indah bernama Nurul Huda, seorang bencong yang dikaruniai anak karena kelainan hidup, laki-laki yang mempunyai rahim. Namun Indah tetap menganggapnya sebagai seorang ibu karena Indah lahir dari rahimnya. Pekerjaan yang ditekuni Bu Huda sebelum sakit-sakitan adalah sebagai dukun santet. Penghasilannya lumayan banyak, minimal perhari 500 juta. Namun usahanya sudah bangkrut akibat Bu Huda terkena kasus penipuan. Kasusnya adalah ketika jasanya sudah dipakai, pelanggannya membayar Bu Huda hanya dengan uang monopoli.

Tanggung jawab seorang Indah sangatlah berat, pertama kali usaha yang ia tekuni adalah dengan berjualan tato hadiah sosis. Pendapatannya perhari mencapai Rp 5.500.00,- perhari. Sangatlah tidak cukup jika untuk kebutuhan sehari-hari, lalu berganti profesi adalah pilihan terbaik. Usaha kedua Indah adalah berjualan barang bekas, berawal dari meminjam uang tetangga sebesar 2 juta sebagai modal. Namun Indah tak memiliki satu pelanggan pun, padahal Indah sudah mencoba trobosan baru yang tidak ada saingannya, yaitu menjual makanan bekas. Sangat ironi sekali kehidupan Indah dan keluarganya.

Bicara tentang ayah Indah, ternyata adalah seorang teroris yang katanya sangat terkenal. Walaupun tidak ada yang mengenal, bahkan polisipun tidak mengenalinya karena hanya menggunakan media ponsel yang menteror lewat berbagai jejaring sosial. Biasanya berbunyi seperti ini, “Nak, bapak lagi kalah main judi nih. Tolong bapak yah, kirim pulsa 200 juta ntar bapak beliin pek-empek deh sebagai gantinya..”.

“Makasih ya Ndah minumnya, kamu memang baik anak kok. Sekarang, ini air putih kamu meminta dari tetangga yang mana Ndah ?” tanya ibu Indah sembari meminum air putih.

“Minta di rumahnya bu Tika, beliau lagi bagi-bagi air putih gratis bu,” ucap Indah. “Dan katanya itu gratis karena air PDAM warga lagi mati bu, dan Indah sempat antre 2 jam dan langsung mengambil di pompa airnya bu Tika,” lanjut Indah.

“Apa  ?! Hoekk..” ibu Indah muntah seketika.

Kehidupan Indah dan keluarga memang sangat mengiris batin, mengiris bawang dan mengiris nyawa. Rumah hanya berasal dari dedaunan kering yang disatukan menjadi tikar dan dedaunan pisang yang menjadi atap rumah. Dinding terbuat dari kardus, dan baju terbuat dari sisa kain tetangga yang mempunyai usaha membuat pakaian. Membeli air pun tidak mampu, apalagi makanan. Masih dalam keadaan terlilit hutang mereka berdua tinggal dengan sangat menderita.

Mengadu nasib setiap hari Indah lakukan hingga suatu saat akhirnya Ia mengadu domba. Tak disangka-sangka ternyata Indah mendapat juara satu, berhadiah 500 juta. Kehidupan Indah dan Ibunya langsung berubah drastis, begitu bahagia, sampai membeli rumah bertingkat di suatu kota terkenal di Indonesia. Indah pun melunasi hutang dan mengobati ibunya dengan rejeki haramnya. Saat Indah menikmati kebahagiaannya, tibalah seorang selesman yang bernama Zamroni.

“Tok-tok-tok,” bunyi ketukan pintu di rumah baru Indah.

“Iya sebentar, lagi eek,” teriak Indah dari toilet. Karena kebiasaan lama, indah pun saat pup jongkok walaupun di atas toilet duduk.

“Nggeeeeekkkkk.....” bunyi pintu terbuka.

“Siapa ya ?” tanya Indah.

“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya Zamroni bin Toro. Saya berasal dari perusahaan lipat-lipat yang akan melipatgandakan harta Ibu. Apakah saya boleh masuk ?” tanya salesman tersebut.

“Oh boleh saja kok, sepatunya dilepas yah. Baru saja saya pel soalnya, hehe,” minta Indah.

Zamroni pun mengikuti kata Indah dengan melepas sepatunya. Masuk dengan menggunakan kaki kanan dan langsung terdengar bunyi “Bruukk...”, Zamroni terjatuh.

“Adduuuuhh!!! pantatkuuu....,” teriak Zamroni.

“Eh, hahaha... Maaf mas, itu ada jebakan malingnya. Berbentuk seperti benang namun tak terlihat,” ucap Indah.

“Hehe.. iya bu, maaf saya kurang berhati-hati, jadinya jatuh deh,” nyengir Zamroni.

Seampainya di ruang tamu, Zamroni duduk di atas kursi mahal yang empuk. Tingkah kekampungannya pun kumat, ia jingkrak-jingkrak di atas kursi mahal tersebut selama lima menit. Indah sang tuan rumah hanya bisa membuka mulutnya lebar-lebar dan menyebut nama Tuhan.

“Eh, maaf bu. Di rumah tidak mempunyai beginian, hehe,” ucap Zamroni dengan pipi merahnya karena malu.

“Gak papa mas, tapi jangan diulangi lagi yah ? itu masih kredit soalnya, belum saya asuransikan,” ucap Indah dengan sedikit emosi. “Mau minum apa mas ?” lanjut Indah.

“Waduh, malah jadi merepotkan nih, hehe,” ucap Zamroni sambil memuntir pakaiannya karena malu.

“Tidak kok mas,” sahut Indah.

“Ya sudah, jus melon dengan ekstrak susu kuda perah asli yang ditaburi cream keju coklat kental dan bersedotan coklat yak ? Dua gelas aja gapapa,” minta Zamroni.

“Gila nih anak, gak punya rasa malu sama sekali,” ucap Indah di dalam batin. “Iya mas, sebentar yah, saya ke Amerika dulu untuk membelinya,” ucap Indah kepada salesman yang bernama Zamroni tersebut.

Dua hari berlalu, Indah memesan pesawat Jet dari Tentara Nasional Indonesia agar cepat sampai dan pulang dengan menumpang pesawat Jet dari Tentara Nasional Amerika yang aslinya bertujuan ke Australia. Sewaktu pesawat tersebut melewati langit Indonesia, Indah pun melompat dari pesawat karena Indah hanya menumpang. Terjun dengan alat seadanya, karena dari pihak Amerika Indah dilarang meminjam apapun kecuali menumpang. Indah pun terjun menggunakan payung masjid.

Sesampainya di rumah, dijumpainya Zamroni yang sedang tidur. Namun Indah kaget, karena Zamroni sedang tidur dengan ibunya, yaitu Bu Nurul Huda. Indah langsung melemparkan jus melon dengan ekstrak susu kuda perah asli yang ditaburi cream keju coklat kental dan bersedotan coklat yang dibelinya di Amerika  ke kepala Zamroni. Namun apa daya, karena saat di sekolah Indah hanya mendapat nilai 30 pada mata pelajaran Olahraga lempar tangkap, jus melon dengan ekstrak susu kuda perah asli yang ditaburi cream keju coklat kental dan bersedotan coklat itu pun mengenai tepat ke kepala Bu Huda.

“Aduoh!!! @@#!##@$#@!#&&)(*$@!!!!!!!” ucapan sensor pun keluar dari mulut Bu Huda.

“Eh maaf bu, saya salah sangka,” mungkin yang dimaksud Indah adalah salah sasaran.

“Kenapa kamu lempar kepala ibu ?! dasar anak tak tahu diri!” ucap marah Bu Huda.

“Dasar ibu bencong!” Indah tidak mau kalah.

“Eh udah berani kamu ngelawan ibu ?!!” tanya Bu Huda.

“Belum berani kok bu! Kan tadi hanya salah mendengar!” mungkin yang dimaksud Indah adalah salah bicara.

Zamroni pun yang telah mengeahui bahwa ibu dari Indah adalah seorang bencong, langsung menangis darah. Namun Indah tak peduli dan langsung lari ke ruang tamu. Zamroni pun mengejar Indah dengan segenap kekuatannya.

“Indah!!! Tunggu aku...” ucap Zamroni.

“Sejak kapan kamu tau namaku ?!” tanya Indah.

“Sejak penulis cerpen ini mengetik Ndah, maafkan aku,” ucap Zamroni sambil menangis.

“Sudah cukup!” teriak Indah sambil minum karena haus.

“Eh bu, tapi kenapa....” saat Zamroni bicara langsung ditebas dengan perkataannya Indah.

“Tapi apa ? diam aja kamu!” teriak Indah.

“itu... minuman.... pesanan...... saya kan ?” tanya Zamroni ketakutan.

“Oh iya, enak sih. Nih kalau mau,” sambil melemparkan minumannya kearah Zamroni.

Minuman itu tumpah di muka Zamroni, masih tersisa tetes-tetesnya dan Zamroni jilati karena memang enak. Karena terlalu lama menunggu, akhirnya Zamroni memberitahukan kenapa dia datang ke rumah Indah.

“Bu Indah, sebelumnya saya minta maaf. Saya tidak aneh-aneh kok ama ibunya yang gak waras itu. Karena mbaknya terlalu lama, saya jadi bingung tidur dimana. Saya menemukan kamar, saya masuki dan tidur aja. Sumpah ane kaga aneh-aneh,” ucap Zamroni sambil memohon ampun.

“Iya gak papa mas, yang penting masnya jangan deket-deket lagi. Kemarin terakhir saya mengantar ibu saya kontrol, ternyata beliau mengindap penyakit HIV. Takutnya kalau masnya nanti ketularan,” ucap Indah.

“Apa ?! Untung saja saya gak nafsu. Jadi gini bu, saya kesini mau menawarkan jasa bisnis internasional. Dengan modal sebanyak-banyaknya memperoleh untung yang sekecil-kecilnya, apakah ibu tertarik ?” tanya salesman tersebut.

“Iya, saya tertarik. Bagaimana cara kerjanya ?” tanpa disadari ternyata Indah menyetujuinya. Nampaknya Indah benar-benar seorang wanita yang cerdas dalam menyikapi segala hal.

Indah menyetujuinya, Indah tak tahu apapun itu resikonya, Indah memang cerdas! Zamroni memberikan surat-surat yang ditandatangani Indah di atas materai. Indah mempunyai cita-cita yang sangat mulia, yaitu megajak ibunya menuju ke tanah suci. Untuk itu dia melakukan apapun demi meningkatkan penghasilannya.

Sebulan kemudian, SATPOL PP bersilaturahmi ke rumah Indah dengan kasar.

“Pergi! Bawa semua barang-barang mu Glandangan!” teriak ketua SATPOL PP yang gagah, tegas, ganteng, pintar dan rajin sholat. Orang ganteng itu bernama Pak Joa.

“Ta..tapi ini kan rumah saya pak ?” ucap Indah sambil nangis.

“Rumahmu dari hongkong, mana sertifikatnya ?! Gak ada kan ?!” tanya pak ganteng itu dengan tegas.

‘”Se.. sedang dipinjam teman buat bisnis pak,” jawab Indah dengan ngompol yang bercucuran. “Curr...”

“Apaan nih ?! Kenapa kamu ngompol gak ngajak-ngajak ?!” tanya pak Joa. Pak Joa pun ikut ngompol setelah itu.

“Cepat pergi dari rumah Pak Zamroni!” teriak Pak Joa.

“Apa ?!! Zamroni ?!!!! Jadi ini penipuan ?!!” Indah pun panik, merasa tertipu.

Tiba-tiba datang seorang pria yang berpakaian rapih, berwajah lucu dan tersenyum pahit.

“Ha ha ha... Orang miskin mengaku-aku rumah orang, Pergi kau dari sini!” teriak Zamroni yang keluar secara tiba-tiba.

Karena Pak Joa kaget, dia pun langsung memukul wajah Zamroni dengan kepala tangannya yang sekeras baja. “Brruuuaakk!!!!”, pas kena mulut Zamroni yang sedang mengoceh.

“Wakwaw.....” Teriak Zamroni sambil memegangi mulutnya. Ketika tangannya dilepas dari mulutnya, ternyata giginya patah semua dan menjadi jutawan yang ompong seumur hidup.

“Eh, maaf pak. Saya kira anda orang yang mau membela Indah, makannya langsung saya eksekusi. Sangat maaf pak,” ucap Pak Joa meminta ampun.

“Maaf-maaf mata kau, lihat-lihat dong wajah ganteng ini siapa! Sekarang aku jadi ompong gini kan gantengnya jadi hilang!” teriak Zamroni di wajah Pak Joa.

“Dari dulu sudah gak ganteng pak,” bisik pelan Pak Joa.

“Apa kau bilang ?!!! Emmmmhhh!! Kalau aja kau tidak ganteng, asti sudah aku makan kau!” teriak Zamroni.

“Alhamdulillah... Jadi orang ganteng itu berkah,” syukur Pak Joa.

“AAAaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!” Teriak Zamroni.

Terlihat Indah sedang mengemas semua pakaiannya dan Bu Nurul Huda sedang sibuk memasang gigi palsunya karena sudah berumur ratusan tahun. Indah menatap jahat wajah Zamroni karena dendam, Zamroni pun membalasnya dengan senyuman jahat.

Indah kembali menjadi gelandangan yang malang. Namun, ketika dia berjalan pelan untuk keluar dari rumah, tiba-tiba ada sejumlah meteor yang melanda kota. Indah tak bisa menghindarinya dan pasrah, akhirnya kulitnya menjadi hitam lebam karena gosong terkena meteor dan berdarah-darah. Hanya Indah yang meninggal secara menyeramkan di kota itu. Karena Ibunya yang bernama Bu Nurul Huda  itu selamat, dia lari menuju rumah Pak Zamroni yang berada di dekatnya.

“Nak, tolong selamatkan aku, aku takut..” minta Bu Huda kepada Zamroni yang sedang berdiri di depan rumah.

Saat menatap wajah Bu Huda, Zamroni merasakan sesuatu yang berbeda. Ternyata Zamroni jatuh cinta dengan Bu Huda yang mempunyai penyakit HIV tersebut. Zamroni langsung melamar Bu Huda karena Bu Huda mau menerima ompongnya Zamroni dengan apa adanya. Jenazah Indah tidak terurus, dan menyatu dengan aspal akibat terinjak ban mobil seperti tikus yang mati dijalan raya. Memang akhir hidup Indah sangat mengenaskan, namun Zamroni dan Bu Nurul Huda hidup bahagia sampai saat ini.
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Unknown
admin
26 June 2015 at 14:52 ×

gas koe tak tuntut atas hak pencemaran nama baikk!!! hahaha
cemetttt

Reply
avatar
Joe Azkha
admin
26 June 2015 at 15:35 ×

Tolong berkomentar dengan sopan yah. Jangan terlalu kePDan, di sini saya hanya mengarang dengan imajinasi saya sendiri. mohon maaf jika menyinggung perasaan anda, mungkin ceritanya sama persis dengan kehidupan yang anda alami. saya ikut prihatin kawan :')

Reply
avatar
Terimakasih atas kunjungannya, Salam #SobatJoa!