“Hah..... hah... hah... hmmff... ahh...“
Aska berlari dengan segenap tenaga yang ia punya. Melewati kerumunan mahasiswa yang sedang bergerombol di setiap teras kelas.
Ia berlari tanpa ragu, semuanya di terjang demi mengejar jam ujian yang sudah beberapa menit termakan oleh keterlambatan. Beberapa saat setelah itu, terlihat beberapa kertas beterbangan ke penjuru arah.
“Awww...” keluh Kina dalam pose jatuh. “Kenapa kau menabrakku, Ka?!” tambahnya dengan kerutan di dahi.
Namun Aska tak menghiraukan omongan Kina, ia terus saja melaju tanpa menengok sedikitpun.
Pagi itu adalah hari di mana jadwal ujian proposalnya berlangsung. Aska datang terlambat karena ada suatu kepentingan yang wajib ia lakukan di setiap paginya. Aska merupakan salah satu mahasisawa di Universitas Biru yang tidak begitu berprestasi. Nilai pas-pasan selalu saja ia dapati disetiap semesternya.
“Pagi, bu! Hah...” sapa Aska dengan engahannya.
“Ngapain kamu?” tanya Bu Pina dengan wajah datar.
“Nganu bu, hah.. hah..” sahut Aska dengan penuh engah.
“Nganu siapa kamu?!”
“Ya, nganu itunya bu. Hah.. hah..”
“Maksudmu?!”
“Eh, nganu bu. Itu loh. Hah... Pokoknya nganu itunya loh bu, anunya ibu yang itu,”
“HAAAHHHH??!!! KELUAAARRRRR!!!”
Pudar sudah harapan Aska untuk cepat lulus di tahun itu. Belibet yang ia alami menyebabkan diundurnya jadwal ujian proposal untuk waktu yang tidak ditentukan.
Aska berjalan dengan kehampaan yang tak berbatas. Sesekali ia tersandung beberapa paving kampus yang sedikit memuai karena termakan usia. Sampai akhirnya ia terhenti di depan perpustakaan.
“Mas? Boleh tanya sesuatu?” tanya seorang cewek yang tiba-tiba saja muncul.
“Enggak!”
“Idihh… Sombong bett dah jadi orang jelek,”
Cewek tersebut tak sadar bahwa ia sedang menuang minyak tanah dalam kobaran api.
“Lu kira lu cakep?!”
“Emang gue cakep, lu nya aja yang picek!”
“Heeehhhh mulut singaaa!!!”
“Elu duburnya singa!!”
“Lu tainya singaaaaaa!!!”
Mereka terus bermain hina dalam kata sampai beberapa belas menit, sampai mereka lelah sendiri dan emosipun pudar dengan perlahan.
“Pembendaharaan kata lu lumayan juga yak, tapi sayang ampas semua,” ujar cewek tersebut dengan santai.
“Lah, bukannya elu yang tadi ga bisa jawab misuhan terakhirku?!”
“Lu nya aja yang budek!”
Mereka kembali bersahutan bagai bermain pingpong. Hingga beberapa menit kemudian mereka kembali mereda seperti keadaan sebelumnya.
“Lu sebenernya siapa sih? Tadi mau tanya apaan?” tanya Aska penasaran.
“Yaelah, ngomong aja kalau mau kenalan! Dasar cowok alibi,” sahut cewek tersebut dengan judes.
“Bangccccyaaatttt!!!” pisuh Aska yang dari tadi terdrible emosinya.
“Nah lho, kumat lagi nih setan. Bukannya tobat malah makin parah.”
“Lu anaknya setan!!!”
“Eh bentar. Gini, gue kan maba yak...” ujar cewek tersebut belum usai.
“Bodoamaaaaatttt!” potong Aska.
“Eh, bentar dulu! Lu juga anak sastra kan?!”
“Iya, emang nape?"
“Nama lu siapa?”
“Yaelah, ini bocah tadi nuduh gue yang ngebet kenalan malah ternyata....” batin Aska dengan prasangka yang tidak jelas. “Dengerin baik-baik nih yee, gue ejain biar lu paham. Nama gue A.. S..” jawab Aska dengan pengejaan pelan.
“U?" potong cewek tersebut dengan tiba-tiba. "Nama lu Asu??” imbuhnya lagi dengan iringan wajah polos.
“Tuhaaaaaaaaaaannnnnnnnn!!!”
ConversionConversion EmoticonEmoticon