Kegagalan karena tidak ditemukannya perempuan yang diharapkan menyebabkan terbangnya asa yang pernah Aska ikat dengan erat. Hal tersebut menuntunnya untuk mampir ke kosan teman dengan harap bisa meredakan semua beban dalam pikirannya.
“Rokok, Ka?” ujar Diki sambil menyodorkan sebungkus rokok 67.
“Ogah,”
“Yaudah,”
Diki merupakan salah satu bahkan bisa disebut hanya satu-satunya sahabat yang masih setia sedari bebi. Dahulu, mereka selalu bersama walau hanya sekadar menikmati senja. Merajut asa untuk terus hidup bersama, dalam suka maupun duka, walau semua itu telah purna karena Aska sadar bahwa itu sebuah ide gila.
“Eh, Dik! Gue mau curhat nih!”
“Anjaaayyy.. fakboy galaoyyy”
“Fakboy bapaklu ngefak! Gini, Dik. Gue kemarin ketemu cewek yak...” ujar Aska belum usai.
“Emang udah berapa tahun sih lu ga ketemu Kina?” potong Diki.
“Bukan tentang Kina! Ini beda. Ini bener-bener cewek!”
“Lu kira Kina apaan? Lu dah cek bener-bener kalau dia bukan cewek?”
“Anying, lu orang bisa serius dikit ga sih!”
“Ogah nyeriusin cowok kek elu! Mending nyeriusin opa Kim Pet Un. Ah Oppaaaaaa...”
Diki merupakan cowok pecandu drama Korea. Semua koleksi foto dan vidio di ponselnya berisikan tentang segala hal yang berbau tentang Korea, termasuk koleksi foto pribadi Kim Jong Uun yang ia dapatkan secara eksklusif di grup Whatsapp privatnya.
“Kapan sih nih anak bisa normal,” gumam Aska pelan. “Yaudah Dik, gue pulang dulu. Gue takut hal seperti dulu terulang lagi, Bay!”
Aska langsung lari meninggalkan kediaman Diki. Ia trauma karena pernah terjadi hal-hal yang tidak terduga kala Diki sudah mulai berfantasi tentang artis Korea. Ia pun pulang dengan tidak mendapatkan hasil apapun.
Keesokan harinya, Aska kembali berangkat ke kampus dengan mode pencarian yang lebih kuat. Ia mencari ke sana dan ke mari namun kembali tidak ditemukannya apa yang ia cari. Ia sempat berpikir, apakah yang pernah ia jumpai itu bukanlah seorang makhluk yang nyata adanya. Tapi ia tetap optimis dapat menemukan apa yang ia dambakan.
Pagi menjelang siang, siang menjelang sore, yang ia dapati hanyalah lelah dan tambahan kasbon di kantin kampus. Ia kembali tergoda dengan rayuan mbak-mbak kantin. Walau akhirnya, perutnya tidak bersahabat akibat pedasnnya sambel soto yang ia santap. Hal tersebut memaksanya untuk segera menemukan tempat pembuangan demi melepaskan semua beban.
Saat itu, Aska sedang berada di daerah fakultas teknik. Ia beranggapan bahwa kali aja cewek itu main-main kesana. Hal tersebut dikarenakan adanya isu di kampusnya bahwa banyak anak sasta sering menjadi incaran anak-anak teknik. Ia pun segera berlari menuju kamar mandi fakultas teknik untuk menyelesaikan semuanya.
Sebelum ia masuk kedalam kamar mandi, ia mendengar adanya suara-suara samar. Suara tersebut berasal dari dalam kamar mandi. Aska pun mendekatkan telinganya ke pintu dengan harapan dapat menguping apa yang sedang terjadi di dalam kamar mandi. Ia pun mendengar suara cowok dan cewek yang sedang dalam perbisikan.
“Heh, buruan keluarin barang lu!”
“Ga mau, lu aja yang duluan. Gue malu! Kan lu yang masuk duluan tadi! Hah..”
ConversionConversion EmoticonEmoticon