“Ting-ting… tung tang ting tung ting-ting-ting…”
Terdengar suara panggilan masuk. Aska langsung berlari menuju ponsel yang ia taruh di atas meja kamarnya. Langsung ia angkat tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
“Haloo?”
“Assskkkaaaaa… ssssss… lu di mana sihh… ahhhh…”
“Tut!” bunyi tombol setelah menutup panggilan.
Aska langsung merinding dan segera menutup telfon dari Diki yang mendesis-desis, bak ular kobra yang bertemu mangsanya. Setelah kejadian tadi sore, Aska memutuskan untuk sementara waktu menjaga jarak dengan Diki. Ia sangat trauma dan berjanji tak akan mengulanginya lagi.
“Ting-ting… tung tang ting tung ting-ting-ting…”
“LU BISA DIEM GAK!” teriak Aska setelah mengangkat kembali telfonnya.
“WOOEEEYY! KAGET GOBLO…”
“Tut!”
Aska terkejut setelah menutup panggilan dari suara yang belum rampung. Ia kira Diki yang menelfonnya kebali, ternyata bukan. Terdengar teriakan seorang cewek yang membuatnya langsung melihat riwayat panggilan. Tampak nama seorang teman sekelasnya yang berada di baris paling atas, yaitu Indah.
“Hay Indah, hehe.. maaf ya tadi dibajak, sering usil memang Diki tuh. Hehehe.. hayuukk telpon lagi?” tulis Aska dalam bentuk SMS.
Aska sengaja berbohong untuk menutupi kesalahan karena Indah merupakan salah satu primadona di kampusnya. Sebenarnya Aska ingin menelfon balik, tapi mengingat pulsa Aska hanya tinggal beberapa menyebabkannya hanya bisa memancing Indah untuk menelfonnya kembali.
“Ting-ting… tung tang ting tung ting-ting-ting…”
“Halooo, hehe. Maaf ya Ndah untuk yang tadi. Gini lho, tadi itu kan aku sedang…” ucap Aska belum usai.
“Besok jam 7 temui gue di depan kamar mandi Sastra.”
“Tut!”
“Lah, gitu doang?!” keluh Aska sambil ngomong sendiri dengan ponselnya. “Eh, bentar.. bentar... kamar mandi? Eh, Indah ngajakin ketemuan di kamar mandi?!!! HWAAAAAAAAAAAA!!!!!”
Aska sangat gembira setelah ia menerka ajakan Indah. Pikirannya langsung berubah sangat liar, membuatnya berloncat-loncatan di atas dipan.
“Krakkk!!! Gubrakkk!!!”
“ASSSSKAAAAAAAAAAAAA!!!!” teriak Ibu Aska dari arah dapur.
Kegirangan Aska berakhir lara. Pinggangnya kecetit akibat patahnya salah satu rusuk dipan, membuatnya kesulitan mapan karena rusuk yang patah berada tepat di tengah-tengah. Hal itu memaksanya untuk menjereng tikar dan tidur di lantai kamarnya.
“Askaaa?” panggil seorang cewek dari arah belakang.
Aska pun menoleh, dan melihat Indah melambaikan tangannya mengenakan pakaian yang cukup minim. Hal itu membuat Aska mimisan seketika.
“Ndah? Ngapain lu di sini?” tanya Aska dengan penuh rasa bahagia.
Terlihat indah berlari dan Aska pun langsung mengejarnya dengan manja. Tawa mengiringi lari-larian mereka, sampai akhirnya Aska menangkapnya dari belakang.
“Happ... lalu ditangkap... hahahahaha...”
Wajah Aska tampak begitu semringah. Namun ada sesuatu yang janggal. Sebelumnya, setiap bertemu atau berpapasan dengan Indah pasti akan tercium aroma parfum seperti harum bunga-bungaan. Kali ini berbeda, Aska mencium aroma jamu yang sepertinya pernah ia cium sebelumnya.
“Ndah, kok kayaknya gue tau bau ini ya?” ujarnya sambil masih mendekap Indah dengan terpejam karena menikmati hangatnya sebuah pelukan.
“Bau apa, Ka?”
Terdengar dengan jelas di telinga Aska bahwa itu adalah suara Diki. Langsung saja ia buka matanya dan ternyata memang benar, dia sedang mendekap tubuh Diki dengan erat. Matanya pun melotot dan langsung berteriak ketakutan.
“AMMPUUUUNNNNNNNN!!!!!”
ConversionConversion EmoticonEmoticon