Makna Lirik Lagu Indie Nadin Amizah

Nyawa Hati yang Dipermainkan

Menghirup udara segar seperti biasanya, memandang kelamnya langit yang menuju malam dan meraba dinginnya udara yang menyisir merinding semua bulu kudukku di belakang rumahku. Merenung, bersahabat dengan diam yang membuat masalalu teringat kembali di pangkuan kursi belakang rumah.
Mata terpejam, teringat waktu lalu yang...
"Tit tit tuit.. tuit tuit tuit tit..." hpku berbunyi dengan nyaring.
Kuraba saku celanaku dan mengeluarkannya. Kutatap dengan semangat, ternyata SMS dari si dia.
"Lagi apa kamu Sayang?" tanya dia.
"Lagi duduk-duduk aja nih, menonton pemandangan belakang rumah indah banget. Kamu sendiri lagi apa sayang ?" tanyaku kembali.
"Sedang tiduran aja nih, kepalaku pusing banget dari kemarin. Ampe gak masuk sekolah dua hari yang," sahutnya yang membuatku kaget.
Sejak kemarin dia memang tak pernah menghubungiku. Bukan karena aku tak memulai duluan untu sms dia, tapi katanya dia sedang sibuk dengan urusan sekolahnya, untuk itu aku takut ganggu dan membiarkannya selesai dengan urusannya.
"Apa ? Jadi dari kemarin-kemarin kamu gak menghubungiku karena sakit ? Kenapa kamu gak bilang saa sekali ama aku ?" ucapku panik.
"Iya, maafian aku yah yang, aku gak ngomong sama kamu. Aku cuma gak mau kamu kepikiran tentang aku yang tak berguna ini," jawabnya seperti sedang menanggung beban yang amat besar.
Aku tak tahu kenapa dia tiba-tiba berucap seperti itu. apa karena aku tak memulai mengabarinya duluan ? sepertinya bukan karena masalah itu.
"Kenapa kamu ngomong seperti itu ? Kamu berarti buat aku sayang.. Aku ke rumahmu sekarang yah ?" tanyaku dengan kepanikan disaat itu.
Dia adalah cinta pertamaku, Kita berkenalan dari SMS nyasar yang akhirnya bisa menjadi satu karena ikatan cinta. Sebelumnya, aku tak mengerti apa itu sebenarnya arti cinta, yang ku tahu hanya rasa kebahagiaan yang tak berarti. Saat itu aku masih SMP, belum mempunyai kendaraan dan tidak tahu rumahnya karena memang belum pernah bertemu secara langsung, apalagi mengetahui letak tepat dimana rumahnya berada.
"Gak usah yang, kamu tetap menatap pemandangan yang idah itu aja. Lagian saang juga belum tahu rumahku dimana kan ?" ucapnya santai.
"Iya juga sih, tapi aku ingin jenguk kamu sayang. Untuk apa kamu punya kekasih jika hanya status dan hubungan saja tanpa ikatan batin yang menyatukan. Kasih tau aku alamat lengkapmu ? Nanti aku akan tanya-tanya orang biar cepet ketemu," ucapku ngeyel.
"Kamu emang orang baik kok. Kamu gak usah kesini sayang, aku gak papa kok," jawabnya yang semakin membuatku jengkel.
"Emang kenapa sih ?" jawabku dengan sedikit keemosian di dalam diri.
"Aku mau jujur dulu sayang, maafin aku yah ?" emosiku redam seketika.
Semenjak jadian, dia tak pernah ingin bicara seserius ini. Pikirku, dia mengindap suatu penyakit yang ditutup-tutupi selama ini. Aku pun mengikuti cara mainnya dengan tidak menjenguknya dan memilih menyimak kejujuran yang akan dia kemukakan lewat sms. Waktu dua puluh menit terlihat begitu lama, namun dapat terbalas ketika ponselku berbunyi lagi.
"Lagi apa Jo ? Main ke rumahku sini, sepi nih gak ada temen," ternyata sahabatku, Rix namanya.
"Wah, kirain siapa ternyata lo Rix. Kaga ah, gue lagi sibuk nih," ucap gue untuk menutupi masalah gue.
"Wah, gak asyik lo Jo! Yaudah deh, sori ganggu waktu lo," jawabnya kesal.
Tidak ku balas karena waktu itu SMS ke beda operator berbiaya mahal, berbeda dengan sesama operator. Setelah beberapa saat, dia yang ku nantikan pun datang dengan perwakilan surat elektronik yang masuk ke ponselku dengan jalan ghoib.
"Aku mau jujur sayang ? Jangan marah ya ? Jadi gini, sewaktu aku menerimamu dulu untuk menjadi hubungan yang seperti ini tuh aku sebenernya udah mempunyai ikatan dengan cowok lain. Namun aku tetap saja menerimamu tanpa jujur kalau sebenernya aku sudah mempunyai cowok. Aku menerimamu karena aku merasa bahwa kamu ini adalah cowok yang baik dan tidak aneh-aneh. Aku tau perasaanmu untukku begitu tulus, namun aku balas dengan sikapku yang kurang ajar seperti ini. Aku terlalu hina untuk orang sebaik kamu, aku tak pantas berada di sisimu. Kita kembali ke adhek kakakan aja yah ?" u c a p n y a...
Pada saat itu aku merasakan betapa mengerikannya cinta, betapa berbahayanya cinta jika sudah tunduk di hadapannya. Airmata mengucur deras seketika. Merambat di dinding pipi yang berasa hangat. Sangat sakit di dalam hati, betapa begininya cinta pertamaku yang kudambakan.
"Yaudah gapapa, kita tetap jadian kan ? aku gak mau putus ama kamu," jawabku sambil nangis ketika mengetik pesan.
"Maafkan aku Jo, tapi aku gak pantas buat kamu. Kita adhek kakakan seperti dulu aja ya ?" jawabnya dalam kurun waktu dua menit.
"Kenapa kamu seperti itu ? Kamu yang membuat masalah, namun kamu juga yang memutuskan. Apa semuanya ini kamu yang atur ? Aku emang pernah janji ama kamu untuk tidak marah sedikitpun ama kamu, tapi apa balasanmu ? Kamu mau bunuh aku ?!" jawabku dengan emosi dan tangisan yang menderu-deru.
"Bukannya gitu, tapi aku cuma ngerasa gak pantas aja untuk berada di sisi seseorang yang sebaik kamu. Yaudah, kalau gitu kita gak jadi putus yah ? Maafin aku. Dia aja yang ku putusin, bukan kedua-duanya," ucapnya yang semakin membuatku sakit.
"Kenapa kamu malah permainkanku seperti ini ? Ucapan gak usah di tarik, apa yang sudah kau ucaokan, itu jalanmu sebagai pengucap dan harus kamu pertanggungjawabkan. Lupakan KITA," jawabku singkat.
"Kenapa kamu malah seperti itu ? Aku sudah gak jadi putusin kamu loh. Kamu malah yang minta putus sekarang. Kamu gak tau sih aku di sini nangis seperti apa, higz," ucap dia yang malah menyalahkanku.
"Aku emang bodoh, tapi aku juga masih punya pikiran. Ku gak mau lagi dibodohi oleh wanita, apalagi sepertimu. Jika kamu memang punya perasaan, tolong tinggalkan aku sendiri," ujarku yang masih dalam keadaan tangisan.
"Aku minta maaf ya Jo ? Kamu memang mantan terindahku," sampai saat ini aku masih ingat dengan kata-kata itu.
Dengan perasaan duka, aku pun kembali SMS seseorang.
"Rix, gue kesana. Tungguin yah," bunyi smsku ke Rix.
"Lah, tadi katanya lagi sibuk ? Kok? Syudahlah, ku tunggu sini," jawabnya sambil bingung.
Sesampainya di tempat Rix...
"Napa tuh mata merah, nangis lo Jo ? Haha, cowok apaan lo! Rempong cyin," ejek Rix.
"Kata siapa cowok gak bisa nangis ? Cowok juga punya hati tauk! Ini gara-gara tadi nonton FTV, malah yang jadi tokoh utamanya mati terpeleset dan kepalanya masuk kloset. jadi nangis aku Rix," aku kembali menangis karena teringat dia, rasa sakitnya begitu mendalam hinga keruas-ruas nadi yang ada di dalam hati.
Cinta memang ada, cinta memang membawa kebahagiaan, cinta memang mampu menghilangkan rasa apapun, namun jangan sampai tertunduk pada cinta sehingga gara-gara cinta kita seperti tak ada, jangan sampai tertipu oleh tipu daya cinta yang sesaat dan menghilangkan rasa apapun darimu (Mematikan perasaanmu).
Previous
Next Post »
Terimakasih atas kunjungannya, Salam #SobatJoa!