Nia tersadar akan keadaan yang sebenarnya, dengan sigap ia rogoh tas kecilnya untuk mengambil ponsel. Masuk ke bagian menu dan icon bergambar gagang ponsel hijau, ia langsung mencari kontak yang berawalan P.
“Put! Rumah kamu dimana?!”. Chat tersebut dikirimkannya dengan gegas. Menunggu balasan, ia singgahkan pantatnya di bahu jalan. Resah, gelisah, tak tau arah. Ia pun menghentakan kakinya berulang kali secara cepat, menandakan ketidaksabarannya akan sebuah jawaban.
“Bzzzz Bzzzzz”
Ponselnya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Langsung saja dibukanya pesan itu dengan cepat.
“Sialan, biji cabe..” ujarnya dengan muka datar.
Terlihat seseorang bernama Sri mengirim broadcast kepadanya, “Ngan lupa inpit Pras yach! Pacarku yg super duper gantengnya. Aahh... jadi kangen dyaaa!”. Muka kesal tampak begitu jelas di raut wajahnya. Nia pun berdiri dan berjalan pulang degan raut kesal.
Tak lama kemudian, rautnya kembali segar ketika ponselnya kembali bergetar. Gegas ia rogoh kembali tas kecilnya dan membuka pesan masuk.
“Fak..” ujarnya kembali dengan muka datar.
“Eh iya pinnya lupa, mehong cinn.. Wkwkwkwk, 5bf4fb5. Inpit yachh!! Aaa.. makin kangen dyaaa!!!”. Pesan ini membuat emosinya menancapkan bendera di ujung kepalanya, menandakan sudah sampai puncak.
“FAAAAKKKKKIINGGG!!!!!,“ teriak Nia sembari membanting tangan kanannya karena kesal.
“Pletak! Tak.. tak.. tak...”
“Eh..” desah Nia sambil melamun menatap aspal.
Nia pun pulang dengan kepala tertunduk bersama mayat ponselnya. Ia lupa bahwa keberadaan ponselnya berada di tangan kanan. Sesekali air matanya berlinang, menangisi kepergian ponsel kesayangannya.
“Nia pulang...” ucapnya sembari membuka pintu rumah.
“Kok sampai malam gini kamu nak?!” tanya ibunya dengan gagah memegang sapu di tangan kirinya.
Pandangan nia tertuju ke arah sapu. Jantungnya memompa darahnya begitu cepat tak beraturan, “Dag.. dig.. dug.. dag dig dug dagdigdug dgadaubudbadsankadd,”. Langsung ia mengesot dan bersujud di kaki ibunya.
“Ampuni saya bu.. Ini gak seperti yang ibu bayangin, semua ini fitnah buk. Tolong percaya dengan Nia, sumprit nia gak bohong! Huhuhu.. Ampun bu..” rengeknya sembari memeluk kaki ibunya.
“Ini anak udah gila apa ya?! Awas! Ibu mau nyapu!” tegas ibunya sambil mendorong kepala Nia dengan gagang sapu.
bersambung...
ConversionConversion EmoticonEmoticon