Nia merasa tertegun kala melihat sosok lelaki yang tiba-tiba
jongkok di depannya. Nia merasa kenal betul akan siapa dia. Namun tak sempat
berucap, tangan Nia langsung diseret menuju tengah taman.
“Eh tunggu!” teriak Nia sembari mengusap air matanya.
“Kenapa?”
“Aku ambil dulu duit-duitnya, mubadzir kalau ditinggal
begitu aja.”
“Haddeh, ya sana. Cepat sana, aku tunggu di bangku itu ya!”
ujar lelaki itu sambil mengacungkan jarinya ke arah bangku yang berada di
tengah taman.
Nia berlari menuju tempat menangis semula. Namun apa kata,
uang yang ia dapat dari ketidaksengajaannya sudah hilang tanpa sisa.
“Cring..”
Terdengar suara bunyi uang recehan jatuh. Dengan sigap Nia
langsung memutar kepalanya ke arah bunyi yang didengar. Terlihat seorang bocah
yang dengan susahnya membawa beberapa pecahan uang di genggaman kecilnya. Nia
pun merasa iba.
“Kasihan anak itu, mungkin akan ku minta separonya saja.”
Ketika Nia hendak menghampiri bocah tersebut, tampak seorang
lelaki berkostum preman berdiri tepat di hadapan sang bocah.
“Wah, lagi kaya lu tong? Stor semuanya sini! SETOR!” teriak
preman itu.
Nia mengubah niatnya dari yang semula ingin meminta setengah
menjadi ikhlas sepenuhnya. Ia takut jika terjadi apa-apa nantinya. Berputar
badan, dan berlari menuju tengah taman.
“Hah.. hah..” engah Nia tak beraturan.
“Ngapain kamu ngos-ngosan gitu? Ketemu setan?!”
“Enggak, hah.. hah.. udah abaikan aja. Kenapa kamu ada di
sini?” tanya Nia sambil dalam engahnya.
“Aku cuma lewat tadi, lah kenapa kamu bisa nangis sambil
berpakaian lusuh gitu? Selain kuliah, kamu nyambi ngemis yah?” tanya lelaki
itu.
“Fak! Kaga lah! Haha” bantah Nia. “Eh, ngomong-ngomong kamu
kenapa belum pulang? Maafin aku ya Put, aku mengecewakanmu hari ini,” ucapnya
yang langsung disusul dengan memeluk lelaki itu.
“Eh, bentar. Kamu pasti ngira aku Putra ya? Haha, masak kamu
lupa sih ama tahi lalat ini?” sambil tunjuk di pipi kiri.
Nia memang merasakan hal yang berbeda, karena parfum yang
dikenakan Putra tidak pernah sewangi ketiak. Nia pun mengingat lebih dalam akan
siapa yang dipeluknya. Semakin dalam dan semakin dalam ia mengingat, akhirnya Nia
menemukan tentang siapa sosok lelaki yang sedang dipeluknya.
“Eh, kamu... Petra?!!” dengan gegas Nia melepas pelukannya setelah
sadar.
bersambung...
ConversionConversion EmoticonEmoticon