Makna Lirik Lagu Indie Nadin Amizah

Kasih Berkisah Kesah (Bagian 8)



<<sebelumnya di bagian 7...

Cowok itu duduk tepat dibelakang Tia. Mengenakan seragam SMA pula, ia menumpuk kakinya membentuk posisi santai.

“BERISIK!” Tia langsung memutar tubuhnya dengan cepat. “KAMPR... Kamp.. u.. kamu siapa?”

Tia langsung merubah nada suaranya setelah melihat cowok yang duduk santai di belakangnya.

“Terkadang hidup memang gak sesuai dengan konsep yang kita pikirkan. So, nikmatin aja alurnya,” ujar cowok itu dengan tak menatap Tia.

Berponi kekiri, cowok itu tampak seperti boyband korea yang berwajah menggemaskan. Rambut hitamnya terkadang terkibas angin yang berimbas membuat rambutnya acak. Sesekali dia mengambil sisir dari saku kanannya untuk merapikannya lagi. Angin pada saat itu memang sedang tidak bersahabat, untuk itu ia langsung mengambil jepet (jepitan rambut) dari saku kirinya dan mengenakannya.

“Kamu kereeeeeennnn bangeeettttt......” puji Tia melewati hatinya. “Eh, kenalin.. Tia..” ucapnya sambil menjulurkan tangannya.

“Maaf, aku alergi ama cewek kampung.”

Cowok itu langsung berdiri dan mengabaikan Tia begitu saja.

“Whoey!!!! Moder faking!!!! Maju lo...” Tia berbalik badan dan tak melihat siapapun. “Maju lo.. lo.. lho? Mana cowok itu?! Setan!!! Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”

Tia berlari dengan napas terengah-engah tak beraturan. Sesekali kakinya tersandung bebatuan jalan menuju rumah karena memang tidak ada aspal yang mau menempel di jalan sekitar rumahnya. Kasihan.

Sesampainya di depan rumah, Tia langsung mendobrak pintu dengan bahunya dengan keras. Ia langsung terjatuh karena pintu rumahnya ternyata tidak ditutup.

“Kamu kenapa nak?!” tanya Bu Tika, ibunya sendiri.

“Itu mah, hah..hah.. tadi aku liat.. hah.. hah.. setan gannteng. Hah.. hah,,, Takut sih, tapi suka. Hehe.. Hah.. hah...” jawabnya sambil ngos-ngosan.

“Halah, kenapa gak di foto dulu. Mamah kan jadi penasaran.”

Tia memang seorang cewek pemberani, namun di sisi lain ia adalah seorang wanita penurut. Apapun perintah ibunya selalu ia turuti, walau terkadang perintahnya tidak masuk akal.

“Sekarang kamu mending cuci genting belakang rumah deh, udah pada berlumut tuh!”

“Siap mah!”

Hari ini Tia belajar banyak hal, ternyata mengidolakan seseorang secara berlebihan tuh hanya akan menyakitkan batin. Ia sadar, ketampanan seseorang tuh jauh lebih gak berharga daripada perasaannya sendiri. Fisik yang mumpuni belum tentu membahagiakan, apalagi fisik yang gak mumpuni. Tia bertekad harus mencari seseorang yang memiliki kemumpunian lebih baik daripada fisik milik Pak Slamet.

Previous
Next Post »
Terimakasih atas kunjungannya, Salam #SobatJoa!