<<sebelumnya di bagian 9...
Mereka kembali bertatap dengan penuh hasrat. Mata mereka saling menyayup seakan-akan ingin melakukan dosa. Namun apa dikata, para setan di sekitarnya tak henti membujuknya dengan segala cara.
“Sudah, srutup saja bibirnya.. Enak kok..” bisik salah satu setan.
“Bener tuh, langsung aja. Mumpung sepi!” bisik sertan lainnya.
“Ayo! Ayo! Ayo!!!” teriak setan lain-lainnya.
Nafsu membelenggu Tia untuk menuruti bisikan setan. Karena iman Tia lemah, akhirnya ia mulai menerapkan bisikan-bisikan dari sekelilingnya. Ia mulai mendekatkan bibirnya ke bibir cowok tersebut. Pelan... pelan.. dan akhirnya menyentuhnya.
“Fak! Bau terasi! Juh..” teriak Tia sambil meludahi wajah cowok itu.
“Haha.. Makan tuh kaos kaki gak dicuci empat bulan. Haha..” tawa cowok itu di depan Tia dengan menghiraukan ludah yang dihempaskan Tia beberapa saat lalu.
“Niat kamu ya?! Nyesel aku udah harepin kamu! Dasar bangs*t!!!!”
Walaupun seorang preman sekolah, Tia gak pernah melakukan hal senonoh sampai sebelum saat itu. Ia baru mengenal cinta sejak bertemu Pak Slamet dan si cowok itu. Ini pertama kalinya Tia mencium lelaki, sungguh ironi.
Cowok itu terus tertawa, Tia semakin ilfil dengan menutup telinganya rapat-rapat. Sesekali ia menutup matanya karena tak tahan menatap tawaan jahat dari cowok itu. Perasaan jengkelnya mulai memuncak, alhasil keluarlah sebuah teriakan yang membawanya ke dunia yang berbeda.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” teriak Tia dengan mata terpejam. “Lho? Kok?” lanjutnya kebingungan setelah membuka matanya.
“Haha, enak kak kaos kaki bapakku ini? Enak banget ya? Hahaha...” tawa Kiki tanpa kontrol di sampingnya.
“Wah! Kamu nih adek sialan! Ganggunin mimpi indahku aja!”
“Haha, maaf kak. Salah siapa posisi tidur kakak menjijikkan. Masak nungging-nungging kek kebo kesusahan boker. Haha....” tawa lepas Kiki yang membuat wajah Tia merah.
Tia hanya mampu tersenyum malu dengan menunduk di atas kasurnya.
“Kamu ngapain ada di sini?” tanya Tia untuk menghentikan tawa jahat Kiki.
“Haha.. ya gak papa lah kak, namanya juga main ke rumah ibu sendiri. Masak gak boleh? Haha.. ngimpi apaan kak sampi nungging-nungging gitu? Hahahawkwkwk.”
“Fak! Berisik lo! Ketawa sekali lagi beneran gue patahin tuh tulang rahang lo! Haha”
Walaupun satu sama lain sering berkata kasar, hubungan keluarga besar Bu Tia sangatlah akrab dan kondusif. Entah bagaimana bisa terjadi seperti itu, mungkin memang karena hukum alam. Siapa yang memiliki banyak suami, maka anak cucunya akan sejahtera sentosa dan bahagia.
ConversionConversion EmoticonEmoticon