<<sebelumnya di bagian 10...
“Kak, gimana nasib kaka ama si Pak Kamet itu?” tanya Kiki.
“Kamet pala lo! Slamet tau!” ralat Tia dengan nada sedikit tinggi.
“Eit.. Sabar kak, sensitif amat sih? Iya, ama Pak Jamet itu gimana kabarnya?”
“Fak, terserah kamu lah mau manggil siapa. Gak gimana-gimana kok Ki,” jawab Tia dengan muka murung.
“Lah, kok manggilnya gak elo gue lagi sih? Gak konsisten!”
“Berisik lo, gue manggil elo-guean cuma kalau lagi emosi doang!”
“Haha... dasar kakak aneh!” tawa Kiki sambil menutup mulutnya. “Ayo kak cerita, gimana kabarnya.. udah jadi trending topik di kelasku nih.”
“Faaaaaaakkkkk!!! Darimana rakyat kelas lo bisa tau?! Jawab c*kk!!” tanya Tia dengan nada paksaan dan meremas kerah Kiki.
Berita seorang siswi jatuh cinta dengan gurunya sudah tenar satu hari yang lalu. Amel telah membeberkan rahasia Tia di grup Fesbuk sekolahnya. Maklum, Tia gak punya Fesbuk, jadi dia selalu tertinggal gosip-gosip terbaru.
Tia merasa malu, sampai-sampai beberapa kali ia coba menggoreskan kaca di pergelangan tangan kirinya. Namun usaha bunuh dirinya selalu gagal karena terhalang jam tangan almunium pemberian ayahnya. Selain berusaha mengiris pembulu darah, Tia juga berusaha mati dengan cara menyelam di kedalaman kolam renang. Namun usahanya masih gagal karena ia takut tenggelam karena tidak bisa berenang.
Pekerjaan sebagai office girl sudah tak pernah ia kerjakan setelah rasa kecewanya dengan Pak Slamet. Ia selalu di hantui rasa sakit yang terus menghujam tanpa henti, ditambah lagi cerita cintanya yang sudah diketahui seisi sekolah.
Setelah beberapa hari bolos sekolah, akhirnya Tia memberanikan diri untuk menginjakkan kakinya di sekolah. Ia berjalan dari rumah dengan sempoyongan, karena semalam ia meminum minuman keras dari kulkas. Ayah tiri keempatnya memang pemabuk berat. Namun tak seperti biasanya, ia memasukkan mirasnya kedalam botol sirup Marjah dan diletakkan di kulkas. Namanya juga orang mabuk, maklum aja.
Dilihatnya Kamal sedang mengelap sepeda motor barunya yang belum lunas, membuatnya merasa bersalah tapi bangga karena ia tak lagi melihat motor butut yang sealu berisik ketika Kamal hendak pulang dari kerjaannya.
Melewati lorong-lorong sekolah, beberapa temannya berbisik pelan dengan menutup mulutnya ketika melihat Tia berjalan di depannya. Biasanya pasti langsung dihantam oleh Tia, tapi entah kenapa sepertinya reaksi alkohol malah membuatnya tetap sabar.
“Tia?” tanya seorang lelaki dari belakangnya.
Tia tetap berjalan sempoyongan dan menghiraukannya.
“Tia, kamu denger bapak kan?” tanya lelaki itu yang ternyata Pak Slamet.
ConversionConversion EmoticonEmoticon