Suatu pagi ketika pelajaran matematika, Pak Slamet berhalangan mengajar karena sakit. Tia yang merupakan preman sekolah memiliki ide untuk menjenguk Pak Slamet dengan menarik uang 10 ribu rupiah setiap anak untuk biaya besuk. Walaupun preman sekolah, ia tak pernah memaksa temannya untuk mengikuti apapun yang ia kehendaki.
“Heh, Mel! Anak-anak tariki 10 ribu sana!” bisik Tia di telinga Amel.
“Siap Bu Bos!” ucap Amel sambil hormat kepada Tia. “Whoeyy.... Pengumuman!! Taroh uang jajan kalian di bangku gue! Yang kaga bayar, buruan pindahin makam nenek lo sebelum terlambat!”.
“Gaya banget kau pake gue elo di depan mereka, haha. Kampungan!” tawa Tia sambil meliat teman-temannya buru-buru mengumpulkan uang.
Tidak seperti Amel, yang selalu memaksa teman-temannya mengikuti kehendak Tia.
Uang sudah terkumpul, terjumlah 1,5 juta lebih sedikit. Amel lupa tidak memberikan tarif 10 ribu kepada setiap anak, untuk itu ia mendapat hukuman dari Tia karena meledaknya jumlah total.
“Bro, kamu tau apa akibatnya kalau jadinya seperti ini?” tanya Tia dengan tatapan sinis.
Amel terdiam sejenak sembari menelan ludah.
“Glekk..” suara telanan ludah Amel.
“Ayo kita rayakan di Bar Add Us milik Koh Acing! Hahaha....” ajak Tia sambil menarik tangannya untuk melompati pagar belakang sekolah.
Sesampainya di Bar Add Us, Amel langsung memesan martini 4 botol untuk diminumnya sendiri. Sedangkan Tia, ia memesan air putih hangat karena sedang batuk. Biasanya kalau tidak batuk, ia memesan teh hangat.
“Ayo minum, Yak!” ajak Amel.
Mereka berdua melakukan cis, membenturkan gelas agar berbunyi “ting”. Terlihat seorang om-om masuk, dan om-om ini adalah kenalan Amel.
“Eh, Mel! Ada Om Cahyo tuh, sana samperin!” ucap Tia sambil mendorong tubuh Amel yang mulai sempoyongan.
“Halo, om. Hahaha...” sapa Amel.
“Kamu ngapain di sini Mel?”.
“Nungguin om, nungguin om masukin... Ahhh.... Nungguin om masukin hati om ke hati akyu...” goda Amel.
Tiba-tiba Om Cahyo langsung berdiri, tubuhnya. Menghampiri Amel dengan perlahan, sesampainya persis di depan Amel ia langsung balik kanan tanpa penghormatan bubar jalan. Om Cahyo merasa takut dengan cewek agresif, al hasil Amel mendapatkan jas yang ia tinggalkan. Di dalam jas itu selalu ada uang 10 ribu di kantong kanannya, lumayan buat uang saku Amel di hari esok.
Seusai pulang dari bar, Amel dan Tia berpisah di persimpangan jalan. Tia bermaksud untuk menjenguk Pak Slamet tanpa di dampingi siapapun, Amel pun pulang sendiri dengan tubuh sempoyongan. Tia membeli parsel buah-buahan yang ada di samping jalan arah kosan Pak Slamet. Pak Slamet berasal dari luar kota, bahkan luar pulau, untuk itu dia ngekos. Sesampainya di depan pintu kos, Tia mengetuk pintu dengan penuh kehati-hatian.
“Tok tok tok..”
“Bentar!” terdengar suara lelaki gagah dari dalam kos yang membuat hati Tia bertemon holic. “Ada apa mbak? Mbaknya siapa ya?” tanya lelaki itu setelah membuka pintu.
ConversionConversion EmoticonEmoticon