Makna Lirik Lagu Indie Nadin Amizah

Berawal dari Atap (Bagian 16)


“Merindukan kasih sayang? Kasih sayangku?” tanya Nia penasaran.

“Ngaco aja kamu, haha. Nggak kok, udah sehatan aku sekarang. Kamu kok keliatan pucet banget sih?” tanya Putra sambil memegang dagu Nia.

Sangat begitu sosweet sikap Putra kala itu. Hal itu membuat detak jantung Nia bermaraton ria. Kantung mata Nia akibat begadang di malam-malam belakangan ini tiba-tiba saja hanyut tak terlihat karena belalakan matanya.

“Loh, kok pucetnya cepet pudar sih?” tanya Putra bingung.

“Kan sudah dapat obatnya, hehe.”

Cengir Nia membuat Putra tertunduk malu. Nia pun juga menundukkan kepalanya karena gak sadar sudah mengucapkan gombalan maut kepada Putra. Tundukan Putra secara perlahan berpaling ke arah berlawanan dari posisi duduk Nia.

“Howeekk..”

“Eh, kenapa Put?”

“Gak papa kok, tadi ada serangga masuk ke mulut. Hehe.”

Semenjak itu, entah kenapa Nia dan Putra semakin dekat dan akrab. Setiap pagi dan malam selalu chatingan tanpa lelah.

Nia sudah punya handphone baru, ia mendapatkannya dari menjual anting-anting dan kalung peninggalan bapaknya yang sudah meninggal empat tahun yang lalu. Karena gelang dan kalung Nia tingkat karat emasnya rendah, maka Nia hanya mampu mendapatkan Androit yang pas-pasan. Terpenting baginya mampu untuk berBBeM dan berInstageram ria.

Sesekali Androit barunya itu nge-hang karena tak mampu menampung aplikasi yang memakan banyak RAM. Seperti saat malam kamis lalu, saat emosi Nia memuncak karena hanphone barunya mengganggu PDKTnya.

“Nia, kamu lagi apa?” bunyi voicenote dari Putra yang tiba-tiba.

“Lagi mikiri kamu, hahaha. Kamu lagi apa Put?” balasnya manja.

“Lagi mik..”

Nge-hang seketika, Nia pun panik. Belum mendengar jelas balasan apa yang diujarkan Putra membuatnya begitu galau dan emosi.

“Gila nih hape, belum juga sebulan di tangan gue! Restart sendiri lagi dah. Fak!”

Tak lama kemudian logo pabrik Androidnya muncul. Tidak berubah-ubah selama satu jam lebih.

“Bagun woy, jangan main-main gitu dong ama aku. Mau lo nasibnya seperti dia?!” sambil mengacungkan jarinya ke handphone lamanya yang sudah remuk bubuk.

Tak mengindahkannya, handphonenya tetap stay di logo pabrik. Amarah Nia memuncak, ia angkat hanphonenya tinggi-tinggi dengan niatan membanting sekuat tenaga.

“Hiyaaaaaattttt!!!!!!!!” teriak Nia sembari mengayunkan tangannya ke arah lantai.

bersambung...
Previous
Next Post »
Terimakasih atas kunjungannya, Salam #SobatJoa!