Menguncupkan nasi di tangan, Nia arahkan kuncupan itu menuju mulutnya. Begitu nikmatnya bandeng goreng yang tak membiarkan adanya selang waktu yang terbuang selain untuk melahapnya.
“Uhuk.. uhuk..”
Nasi itu bermuncratan dari mulut Nia, mengotori meja makan yang mebuat Diki kaget seketika. Diki langsung menuangkan air minum dan segera memberikannya ke Nia.
“Glek.. gleg.. gleg...” dengan rakus Nia telan air minum itu hingga tumpah-tumpah. ”Ah.. Dik..”
Tiba-tiba Nia terdiam dengan tatapan kosong, hal ini membuat Diki panik seketika. Diki menghentikan sendok yang akan diterbangkan ke mulutnya dan fokus pada Nia.
“Nia? Kamu gak papa kan? Nia??” tanya Diki sambil melambaikan tangan di depan mata Nia.
“Itu anak tetangga kenapa Dik?” tanya Bu Iyem, ibunda Diki.
“Kesurupan sepertinya mah,”
“Padahal minggu lalu si Kunnti itu udah di usir loh. Panggil Pak Huda sana, dia adalah mantan dukun yang belum taubat. Cepat buruan!!”
Ketika Diki hendak melangkahkan kakinya untuk memanggil Pak Huda, tiba-tiba Nia bergerak. Nia menengok Diki dengan memutar lehernya perlahan, kemudian ke arah Bu Iyem dengan perlahan pula. Tatapannya masih kosong, langsung jatuh dari kursi dan berguling-guling.
“Grrrr... Arrrrrrrrrrr..... GRR!!!” gumam Nia yang diteriakkan.
“Diki buruaaannn!!!!!” teriak Bu Iyem yang dilanjutkan larian Diki menuju rumah Pak Deni.
Berlari dengan kencang, sesekali beberapa kerikil menusuk tapak kakinya yang terhiraukan. Semua itu tak mengurungkan niatnya untuk sesegera mungkin mengembalikan Nia ke keadaan semula. Melompati pagar rumah walau pintu gerbang terbuka lebar, hingga menginjak-injak rumput tetangga yang baru saja ditanam walau jalan raya terbentang lebar Diki arungi demi Nia. Cinta itu terkadang membodokan ketika sudah buta.
Sesampainya di depan pintu rumah Pak Huda, Diki langsung menggedor-gedor tak terkendalikan. Hal intu memicu perhatian tetangga yang keluar dari rumahnya untuk melihat hal yang terjadi.
“Berisik!! Dasar anak macan, ngapain ente rusak pintu ane!” teriak Pak Huda sembari membuka pintu.
“Itu pak.. hah.. hah..” ujar Diki dengan ngos-ngosan.
“Abab ente bau sangat, gosok gigi dulu sana! Ada pasta gigi spesial tuh!”
“Maaf pak, saya gak sempet gosok gigi. Hah.. hah.. Itu pak, buruan.. hah.. hah.. hah.. Nia..“ ujar Diki yang belum rampung.
“Nia.. Siapa? Kenapa dia?! Mau jadi calon istri kelimaku? Seksi pasti?!! Alhamdulilllah...”
“Dasar, dukun cabul!” umpat Diki dalam Batin. “Nggak pak, dia kesurupan! Buruan pak!” ucapnya sambil menggeret tangan Pak Huda.
bersambung...
ConversionConversion EmoticonEmoticon