Makna Lirik Lagu Indie Nadin Amizah

Kisah Cinta Joa (Bagian 13)


Aku berjalan keluar dengan Anggar dengan penuh senyuman dan kebahagiaan, gak tau perasaan Anggar yang sebenarnya bahagia atau gak. Namun aku sempat ketakutan saat hendak pulang dan melewati pintu yang bisa digeser itu. Aku dipalak wanita cantik.

“Hey, mau kemana kamu ?! bayar!” teriak wanita cantik tersebut.

“A.. aku hanya inggin pu.. pulang tante..” dengan wajah ketakutan aku mengucapkannya dan dengan penuh keggugupan juga.

“Nggar, kita lari atau hadapin pemalak itu ?” bisikku pelan ke teliga Anggar.

“Aaaaa.... Geli tau Jo, ludahmu masuk ke dalam telingaku!” Anggar teriak dengan histeris dan lompat-lompatan seperti pocong kesetanan. “Dia itu penjaga warnet tau, wajar aja kalau dia menagih tentang apa yang telah kamu gunain di tempat ini!” lanjutnya dengan nada bicara yang masih lumayan tinggi.

Aku gak tau kenapa Anggar di hari itu marah-marah terus. Mungkin lagi ribut ama kekasih barunya, atau lagi kelaparan karena seminggu belum makan, atau juga malah lagi... Ah gak mungkin deh... Masak Anggar datang bulan, haha. Apakah memang mungkin ?! Hanya Tuhan dan Anggar yang tau.
Dua lembar uang seribu aku sumbangkan ke wanita cantik itu, atau kalimat lebih enaknya adalah aku bayarkan, atau aku kasihkan ? Adduuhh.. aku bingung pilih yang mana. Semoga Tuhan memberikan petunjuk tentang apa yang aku pilih dalam berbagai macam pilihan ini.

Keluarlah aku dari tempat tertutup yang berpintu geser tersebut dengan senyuman manja dan kedipan mata menghadap ke arah Anggar. Gak tau juga kenapa tiba-tiba mulut Anggar berbusa ketika melihat senyuman dan kedipanku tersebut (setelah diteliti oleh ilmuan asing, ternyata busa tersebut berasal dari ludah Anggar yang digunakan untuk berkumur-kumur sewaktu aku membayar tagihan warnet dan dikeluarkannya tepat setelah aku senyum manja di hadapannya. Jadi seperti dramatis gitu deh jadinya). Berjalan dengan langkah kecil dan kembali melewati kuburan sebagai jalan alternatif untuk pulang ke rumah bapa, eh salah ketik lagi malahan. Maksudku pulang ke rumah beta.

Langkah-langkah kecil itu membimbing kaki kami menelusuri berbagai sisi yang bisa dilewati dari berbanyak-banyak kuburan yang bersampingan di sana. Saat itu menunjukkan pukul dua siang, dan memang tempat ini terkenal angker oleh kalangan masyarakat sekitar. Gak tau kenapa aku melihat sesosok wanita berpakaian putih panjang dan berjalan juga melewati kuburan, tetapi agak jauh juga sih memang. Tapi aku kan takut, jadinya serasa dekat. Seperti aku dan kamu, walau jarak kita jauh tetapi hati kita terasa dekat #basi.

Lari adalah pilihan terbaik menurutku waktu itu, akupun tidak menghiraukan Anggar karena ketakutanku.

bersambung...

Kisah Cinta Joa (Bagian 13) End. Ingin tau tentang apa yang sebenarnya Joa takuti di kuburan tersebut ? ikuti terus di bagian selanjutnya yah sob!
Previous
Next Post »
Terimakasih atas kunjungannya, Salam #SobatJoa!